SINERGI OPOSISI BINER : FORMULASI TUJUAN DASAR LAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH


SINERGI OPOSISI BINER : FORMULASI TUJUAN DASAR LAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH
            Terfokus pada bab ini, akan membahas lebih dalam tujuan dasar dari akuntansi syariah dengan merujuk dan membandingkan konsep yang ada pada entity theory dan enterprise theory. Dimulai dengan analisis kritis terhadap entity theory yang kemudian dilanjutkan dengan enterprise theory. Setelah itu akan mendeskripsikan epistimologi oposisi biner yang dijadikan dassar justifikasi untuk memformulasikan tujuan dasar laporan keuangan akuntansi sayriah.
Entity Theory : Unifikasi Kekuasaan Ekonomi
            Gagasan utama dari entity theory ini adalah memahami perusahaan sebagai entitas yang terpisah dari pemiliknya. Teori ini muncul dengan maksud mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada dalam proprietary theory di mana proprietor menjadi pusat perhatian (Kam, 1990: 302-306). Dalam konteks teori ini terdapat dua pandangan yang berbeda. Versi pertama adalah versi tradisional yang memandang bahwa perusahaan beroperasi untuk keuntungan pemegang saham. Versi kedua atau yang lebih baru menganggap bahwa sebuah entitas adalah bisnis untuk dirinya sendiri yang berkepentingan terhadap kelangsungan hidup dan perkembangannya.
            Dalam konsep entity theory terdapat aspek ideologis yang sama dengan konsep proprietary theory :
1.      Konsep ini melanjutkan memuat absoluditas kepemilikan individu yang disimbolisasikan oleh konsep proprietary tidak digunakan lagi, hak dan kewajiban pemilik menjadi terbatas terhadap kekayaan perusahaan.
2.      Kemutlakan hak kepemilikan tidak terletak pada kekuasaannya untuk merealisasikan kekayaan, tetapi pada terbebasnya kekuasaan tersebut dari etika kemanusiaan. Transformasi ini merupakan kreatifitas luar biasa dari konsep ini untuk menutupi problem normative-etis perilaku kapitalisme.
3.      Legitimasi, “normative-etis” dengan bentuk persamaanyya menawarkan basis rasionalitas baru sebagai legitimasi, yaitu perilaku kapitalisasi entitas bisnis yang memperoleh legitimasi atas perilakunya itu hingga menjadi sah secara etis.
Pengaruh rasionalitas berpengaruh terhadap formulasi dari tujuan laporan keuangan. Tujuan dasar laopran keuangan yaitu merefleksikan kepentingan investor atas manfaat ekonomi dari apa yang telah diinvestasikan. Maka dari itu pihak investor membutuhkan laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Lebih jauh lagi laporan keuanga juga dibutuhkan pihak kreditur (penyetor modal) dengan harapan apa yang telah mereka berikan menghasilkan return yang setimpal.
Hal yang krusial adalah bahwa akuntansi menjadi kendaraan yang dikuasasi oleh pemilik modal di mana kekuasaan tunggal ekonomi berada pada tangan kapitalis. Akuntansi akhirnya cenderung memperkuat budaya eksploitasi, dan ekploitasi ini tidak saja dilakukan terhadap pihak-pihak lain dari stakeholder, tetapi juga eksploitasi terhadap alam.
Enterprise Theory : Diversifikasi Kekuasaan Ekonomi
            Enterprise teori ialah wujud kosep masa depan ekonomi dimana tidak hanya kepentingan shareholder (investor, kreditor, dll) melainkan bertambah ke social yaitu stakeholder (masyarakat, pemerintah,dll). Enterprise teori merupakan perkembangan dari konsep ekonomi terdahulu (proprietary theory dan entity theory) dimana keberhasilan perusahan tidak hanya dipandang dari sudut pandang pemegang saham melainkan ada sapek lain yaitu : pelanggan, kreditor, manajeman, pegawai, pemasok, pemerintah, dll).
            Konsep ini memanglah dekat dengan prinsip syariah, namun sudut pandang syariah, ia belum mengakui adanya partisipan lain secara tidak langsung memberikan kontribusi ekonomi. Bisa dikatakan bahwa konsep ini belum bisa dikatakan sebuah justifikasi ke konsep tteoritis akuntansi syariah.

Epistimologi Sinergi Oposisi Biner
            Oposisi biner memuat pola pikir dimana posisi yang satu cenderung meniadakan atau memarginalkan posisi yang lain , misalnya “bentuk” memarjinalkan “substansi” atau “kompetisi”. Sehubung dengan itu Hines (1992: 328) berpendapat bahwa akuntansi modern- sebagai produk dari budaya modernitas-cenderung untuk memarginalkan the negative space (seperti, pauses, punctuation, rests, breaths and silence) atau yang lain dari sebuah totalitas.
            Kearifan tradisi Islam telah mengajarkan asas “berpasangan” dalam takaran yang seimbang (QS 36: 36). Kearifan tradisi Tao juga berpegang pada konsep berpasangan, yaitu Yin (feminism) dan Yang (Maskulin). Konsep ini sebetulnya ialah  sunatullah.  Namun budaya modernitas cenderung mengabaikan nilai-nilai feminism dari segala aspek kehidupan; demikian juga di dunia akuntansi.
            Secara ideal, oposisi biner harus didudukan secara berpasangan sebagaimana kearifan tradisi islam dan Tao. Artinya mendudukan sesuatu yang bertentangan dalam posisi yang sinergis, sebagaimana ditemukan pada “penggabungan” aliran listrik “negative” dan “positif”. Tanpa penggabungan ini, mustahil peradaban manusia saat ini merasakan manfaat yang luar biasa dari aliran listrik.
            Secara normative tujuan laporan keuangan akuntansi syariah dapat diformulasikan sebagai perpaduan antara aspek-aspek yang bersifat materialistik dan spiritualistic. Akuntansi modern telah memiliki sifat materialistic, yaitu sifat maskulin yang berorientasi pada aspek ekonomi, pengukuran yang eksak, kuantitatif, dan lain sebagainya.
Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syariah
            Pada dasarnya akuntansi syariah merupakan instrument akuntabilitas yang digunakan oleh manajemen kepada Tuhan, stakeholder dan alam. Pemikiran ini mempunyai dua implikasi.
Pertama : Akuntasni syariah harus dibangun sedemikian rupa berdasarkan nilai-nilai etika, sehingga bentuk akuntansi syariah menjadi lebih adil, tidak berat sebelah, sebagaimana kita temukan pada akuntansi modern yang memihak kepada para kapitalis dan memenangkan nilai-nilai maskulin
Kedua : Praktik bisnis dan akuntansi yang dilakukan manajemn juga harus berdasarkan pada nilai-nilai etika syariah. Sehinga jika dua implikasi ini benar-benar ada, maka akuntabilitas yang dilakukan oleh manajemen adalah akuntabilitas yang suci. Atau dengan kata lain mmanajemen menyajikan persembahan suci ini dengan ridha.
Dari penjelasan diatas kita dapat memahami bahwa akuntabilitas memang merupakan spirit dari bentuk akuntansi syariah sekaligus juga merupakan spirit dari praktik bisnis dan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen. Akuntabilitas menjadi spirit yang mendasari bentuk akuntansi dan informasi akuntansi. Bentuk dan informasi akuntansi dengan spirit etika syariah ini digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
            Lebih dalam, perlu diketahui bahwa dalam pemikiran ini, pemberian informasi tidak terbatas pada pemberian informasi kuantitatif, sebagaimana pada akuntansi modern, tetapi juga melingkupi informasi kuantitatif, baik yang bersifat ekonomi maupun social, spiritual, dan politik bisnis.
Penutup

            Akuntansi syariah tidak dapat dipahami melalui pendekatan konvensional, karena merupakan instrument bisnis yang terkait dengan Tuhan, manusia, dan alam. Manusia diasumsikan sebagai khalifatullah fil ardh yang membawa amanah Tuhan untuk menciptakan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Menganggap manusia sebagai khalifatullah fil ardh membawa akuntansi dengan wajah yang lebih humanis, emansipatoris, transcendental, dan teleologika yang kemudian terlihat pada tujuan dasarnya, yaitu akuntabilitas dan pemebrian infomasi. 

Comments

Popular posts from this blog

Laporan Pertanggungjawaban Kegiatan Ramadhan"Masjid Darussalam Manisrejo" 2016

Program Audit (Investasi Surat berharga)