Perbandingan Si Paling Healing Vs Si Pembawa Perubahan : Generasi Z
Cukup diketahui bahwa pada masa saat ini Indonesia ditempati oleh sebagain besar penduduk yang disebut Generasi Z. Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2021 menyebutkan bahwa Generasi Z ini ada kisaran 27,94% dan total jumlah penduduk Indonesai. Dimana generasi Z ini ialah orang-orang yang lahir kurun waktu 1997 – 2012, bisa dikatakan usianya selitar 10-25 tahun. Generasi Z adalah tenaga kerja baru di dunia kerja yang sebelumnya didominasi oleh Generasi Milenial, Generasi X dan sebagian Baby Boomers.
Generasi Z ialah mereka yang hidup
atau tumbuh berdampingan erat dengan generasi yang terkenal kreatif dan
inovatif. Mengapa demikian, dikarenakan generasi ini tumbuh diiringi dengan
perkembanagn zaman yang serba digital. Hal ini membuat generasi ini tidak dapat
dilepaskan dengan teknologi digital.
Ada survey yang membuat saya merasa sedikit
terkejud, dimana survey ini dilakukan oleh “Kim” pada tahun 2022, survey ini
menyatakan karyawan rentan usia 18 – 24 tahun, yang didominasi oleh generasi Z
ini memilih tidak bekerja ketimabng mereka bekerja tetapi tidak Bahagia.
Berlatar belakang hal-hal menarik
ini, Saya mencoba melakukan poling cepat dan singkat melalui
aplikasi Instagram—Instagram Story. Polling cepat
ini hanya berlangsung selama 24 jam saja. Dalam Instagram Story tersebut
Saya menanyakan “Apa yang terpikirkan saat mendengar kata Generasi Z?” beberapa
orang merespon Instagram Story Saya. Adapun tanggapan mereka
tentang Generasi Z adalah Hitech dan dinamis sekali,
kreatif, out of the box, kekinian, dan si Paling Healing.
Hal yang menarik warganet yang memberikan respon “Si Paling Healing” masuk ke
dalam kelompok usia Generasi Z sedangkan tanggapan lainnya diberikan oleh
Generasi Milenial.
Si Paling
Healing
“Si Paling Healing”
Berdasarkan hasil polling cepat
tersebut, Saya pun melakukan wawancara dengan tiga orang informan generasi Z
untuk mengetahui sudut pandang mereka tentang pandangan-pandangan generasi Z
yang ada di masyarakat. Tiga orang informan ini merupakan usia paling
senior dalam kelompok usia generasi Z, yakni kelahiran tahun 1997 dan 1998.
Saat ini mereka bekerja di perusahaan swasta. Mereka mengetahui bahwa mereka
kerap dicap sebagai generasi manja, lemah, dan rapuh oleh generasi-generasi
yang lebih senior. Sebenarnya, mereka pun merasakan dan mengakui juga bahwa
mereka atau teman-teman di lingkungannya memiliki sifat yang manja, lemah, dan
rapuh.
Menurut mereka, hal ini terjadi
karena saat ini mereka sedang masuk ke dalam fase usia krisis seperempat abad (quarter
life crisis). Fase ini umumnya terjadi pada mereka yang memasuki awal
usia 20-an sampai memasuki usia 30-an (Kirnandita, 2019). Ini
adalah fase kecemasan akan masa depan dan mulai mempertanyakan kembali pilihan
hidupnya (Safriyantini, 2020). Fase di mana mereka memulai kehidupan baru
mereka dengan penuh tanggung jawab dan kemandirian. Fase di mana mereka
sedang memulai kehidupan karir dan berkeluarga. Masa-masa ini memberikan
tekanan lebih pada kehidupan mereka.
Meskipun begitu, salah satu informan
dari generasi Z ini melihat bahwa terdapat gradasi dalam sikap manja dan lemah
ini. Menurutnya, generasi Z yang terlahir di awal tahun 2000-an jauh
lebih lemah dan manja dari generasi Z yang lahir di akhir tahun
90-an. Beberapa dari mereka juga mengatakan bahwa mereka merasa lebih
tertekan dengan adanya konten-konten di media sosial yang berhubungan dengan
orang-orang yang sukses di usia yang masih sangat muda. Kondisi inilah yang
membuat mereka merasa mudah tertekan secara psikologis sehingga menjadikan
mereka merasa insecure dan tidak berdaya yang berujung pada
mekanisme yang mereka sebut dengan healing.
Healing dalam ilmu psikologi berarti
penyembuhan atau pemulihan secara general. Healing bisa dilakukan sendiri oleh
individu atau dibantu professional (Dewi, 2022). Terminologi inilah yang
digunakan oleh generasi Z untuk mengambarkan cara mereka keluar dari tekanan yang
mereka rasakan. Menurut salah satu informan perempuan yang bekerja sebagai
karyawan swasta, Dia memiliki mekanisme healing dengan
mengambil cuti setelah melakukan pekerjaan berat.
Si Pembawa
Perubahan
"Si Pembawa Perubahan"
Walaupun mereka dicap sebagai
generasi yang lemah dan manja, di dunia kerja, mereka adalah tenaga kerja baru
yang paling segar. Terlahir dan tumbuh bersama dengan teknologi digital
menjadikan mereka sebagai generasi yang sejatinya lebih “melek teknologi” dibandingkan
generasi-generasi sebelumnya. Mereka juga adalah generasi yang dinamis, kretif,
dan selalu berpikir “out of the box”. Kriteria tersebut diberikan oleh
generasi milenial yang ikut serta dalam polling di instagram
dan juga merupakan hasil survei yang dilakukan oleh Harris Poll (Pineda, 2020).
Hal ini sejalan dengan beberapa
karakter dari generasi Z yang mampu menemukan solusi secara mandiri berbekal
kemampuan mereka berselancar di Internet (Dewi, 2021). Sikap mereka yang lebih
suka mencari cara kerja baru yang lebih efektif tidak terlepas dari
karekteristik mereka yang berani mengambil inisiatif (Anjani, 2021). Mereka
juga dapat melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu (multitasking)
dan mereka juga dikenal sebagai penggagas, penemu cara baru, atau entrepeneur dengan
argumentasi yang kuat dan keinginan untuk didengar (Astari, 2021)
Kemampuan mereka dalam menciptakan
cara kerja yang baru dan berbeda dengan cara kerja yang telah ada sebelumnya di
tempat kerja mereka, terkadang membawa friksi dengan atasan mereka yang
merupakan generasi senior mereka. Hal ini diungkapkan oleh salah satu informan
yang bekerja di sektor swasta. Dia mengungkapkan akan terjadi diskusi yang
panjang antara dirinya dengan atasannya terkait cara kerja dan alasan mengapa
dia harus menggunakan cara kerja tersebut padahal menurutnya cara kerja yang
dia temukan ini lebih efektif dan efisien. Menurut mereka, mereka menyukai
pekerjaan yang jelas alasannya mengapa pekerjaan itu harus dilakukan dengan
cara tertentu. Jika mereka merasa cara tersebut tidak efektif dan efisien
mereka tidak akan segan untuk menyuarakan pendapatnya. Hal ini semata-mata
untuk menciptakan cara kerja yang lebih efektif dan efisien di tempat kerja
mereka. Persoalan seperti ini akan selesai dengan jalinan komunikasi yang
baik dan terbuka antara atasan dan bawahan.
Perbedaan Nilai dan Potensi Modal Digital Generasi Z
Pelabelan tertentu diberikan kepada
individu ataupun kelompok yang dianggap nilai-nilai dari individu atau kelompok
tersebut tidak sama atau keluar dari nilai-nilai yang telah ada sebelumnya.
Pemberian label kepada generasi Z oleh generasi senior, dikarenakan nilai-nilai
generasi Z cenderung berbeda dengan generasi sebelumnya. Padahal, karakteristik
setiap generasi mungkin berbeda karena setiap generasi tumbuh di lingkungan,
situasi sosial, budaya, dan ekonomi yang berbeda.
Meskipun dilabeli sebagai “si paling
healing”, generasi ini adalah inovator segar yang membawa perubahan baru dalam
organisasi. Keberadaannya dapat menjadi agen perubahan menuju industri 5.0.
Industri-industri masa depan akan didominasi oleh kecanggihan teknologi
digital, seperti metaverse, artificial intelligence,
maupun teknologi robot yang semakin canggih, serta digitalisasi teknologi
lainnya. Industri masa depan membutuhkan sumber daya manusia yang fasih dengan
teknologi digital agar dapat mengkreasikan dan mengoperasikan jenis-jenis
pekerjaan digital yang ada. Generasi Z adalah generasi yang terlahir untuk
mengisi tenaga kerja di industri-industri masa depan. Untuk itu, keberadaannya
adalah modal utama di dalam organisasi untuk terus berkembang agar dapat
bersaing di era industri 4.0 yang mengarah ke industri 5.0.
Comments
Post a Comment